LK Ara: Surat dari Radio Rimba Raya
Sastrawan dan Budayawan LK Ara seperti tidak pernah kehabisan “bensin” untuk menulis. Kita bisa tiap hari menikmati karya terbarunya, terutama yang diposting di situs jejaring sosial Facebook. Energi kepenulisan tokoh kelahiran Takengon, Aceh, 12 November 1937 begitu luar biasa. Ia telah melahirkan puluhan judul buku, baik kumpulan puisi, esai, ensiklopedi, buku cerita anak, juga puisi anak. Sikapnya yang sangat santun, arif, dan mengayomi, membuat ia menjadi semacam ayah bagi para seniman muda.
Ia juga masih suka melakukan perjalanan budaya ke berbagai tempat, di dalam dan luar negeri. Sejumlah perjalanan ini antara lain mengikuti Simposium Sastra Islam di Univ. Brunei Darussalam (1992), Festival Tradisi Lisan di TIM, Jakarta (1993), Kongres Bahasa Melayu Dunia, Kuala Lumpur (1995), Pertemuan Sastrawan Nusantara IX di Kayutanam, Sumatra Barat (1997), Pertemuan Dunia Melayu Dunia Islam, Pangkalpinang, Bangka (2003), Pertemuan Dunia Melayu Islam, Malaka, Malaysia (2004), Mengikuti Festival Kesenian Nasional (Sastra Nusantara) di Mataram NTB (2007).
Berikut adalah salah satu puisi LK. Ara yang diposting di Facebook 6 Juni lalu.
SURAT DARI RADIO RIMBA RAYA
– untuk A.K.Y.
Petang itu
Ada seorang tua singgah
Matanya bernada gundah
Memandang puncak tugu
Kini aku memang hanya sebuah tugu
Sering sepi
Berteman langit sunyi
Di tengah perkebunan kopi
Petang itu
Dalam cahaya tak begitu benderang
Orang tua itu tengadah
Seperti mencari sesuatu
Namun hanya bertemu
Dengan goresan berdebu
Dan tulisan beku
Di atas bongkahan batu
Tangannya yang keriput dan tua
Mencoba meraba dinding tugu
Yang juga keriput dan kusut
Seperti mengandung sedih
Gambaran riwayat perjuangan yang pedih
Ketika cahaya senja
Menyorot wajahnya yang tua
Mulut yang sejak tadi diam
Seperti gunung Buni Telong selama ini diam
Memuntahkan laharnya
Meluncurlah kata demi kata
Bercerita tentang Radio Rimba Raya saat mengudara
Di tahun sembilan empat puluh delapan
Pada Anggeresi Militer Belanda kedua dilancarkan
Saat itu Republik Indonesia
Mulai kembali dikuasai Belanda
Jogyakarta, ibunegeri Indonesia jatuh
Presiden Sukarno dan wakil presiden Hatta di tawan
Dr Beel komisaris tinggi yang mewakili Belanda
Juga memerintahkan
Bom dan hancurkan semua lapangan terbang
Angkatan udara Republik Indonesia
Bom dan hancurkan juga
Semua pemancar radio Republik Indonesia
Disetiap kota propinsi
Di seluruh Indonesia
Indonesia sudah kollep, runtuh begitu terdengar
Siaran radio Belanda berkoar-koar
Saat itulah Radio Rimba Raya
Yang berdiri di tengah hutan rimba
Di dataran tinggi Gayo letaknya
Perlahan bangkit mengudara
Kemudian menggelegar di udara
Bersuara keseluruh dunia
Dalam berbagai bahasa
Mengabarkan bahwa
Republik Indonesia masih ada
Pemimpin Republik Indonesia masih ada
Wilayah Republik Indonesia masih ada
Dan di sini Aceh masih siaga
Mendengar suara Radio Rimba Raya
Yang demikian terang dan nyata
Provokasi Belanda
Yang mulai merebak ke seantero dunia
Pupus seketika
Dan dunia percaya
Republik Indonesia masih ada
Masih ada
Banda Aceh-Takengon, 2-6 Juni 2011